Reformasi Pendidikan di SMK Untuk Menyiapkan Tenaga Kerja Andal

JAKARTA – Selain mengupayakan peningkatan iklim bisnis dan industri melalui paket deregulasi, Pemerintah Indonesia juga berinisiatif meningkatkan kemampuan dan keahlian tenaga kerja sejak masa pendidikan. Menteri PPN/Kepala Bappenas Sofyan Djalil dalam sambutannya pada acara Human Capital Development Forum di Le Meridien Hotel, Rabu (25/5) menyatakan saat ini diperlukan upaya mereformasi pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) melalui penguatan pelatihan keterampilan.

Pemerintah menyadari potensi berbahaya dari kondisi banyaknya penganggur berusia muda yang dapat menyebabkan ketidakstabilan sosial. Untuk itu peningkatan kualitas pendidikan di tingkat SMK dapat menjadi salah satu jalan mempersiapkan tenaga kerja andal sesuai kebutuhan industri.

”Untuk mempersiapkan tenaga kerja, kita perlu mereformasi sistem pendidikan dengan masif dan substansial. Selama ini sistem pendidikan terlalu berfokus pada mendapatkan gelar sarjana dan kurang merespon kebutuhan komunitas bisnis dan industri. Oleh sebab itu, kami ingin mereformasi sistem pendidikan di SMK dengan memperbanyak pelatihan keterampilan yang didukung oleh beragam pihak,” jelas Menteri Sofyan.

Beberapa waktu lalu, Menteri Sofyan mengunjungi Jerman dan begitu terkesan dengan sistem pendidikan Jerman yang salah satunya melaksanakan technical vocational training bagi pelajar. Hal ini dapat menjadi salah satu contoh implementasi pendidikan tepat sasaran dan sedang dijajaki kemungkinan untuk mengadopsi sistem yang sama.

Bukan tak mungkin sistem ini dapat diadopsi, sebab menurut penuturan Menteri Sofyan beberapa pelatihan keterampilan yang didukung oleh beberapa kementerian telah dilaksanakan di beberapa SMK di Cirebon dan menunjukkan hasil yang bagus. Selain itu pendirian politeknik di Aceh dan Riau yang bekerja sama dengan beragam perusahaan swasta terbukti mampu memasok lulusan tenaga kerja andal.

Pengembangan kurikulum pendidikan ini pun harus dirancang bersama-sama dengan komunitas di dunia industri. Sebab, keterampilan yang akan diajarkan pada siswa-siswi SMK melalui pelatihan keterampilan harus relevan dengan kebutuhan dunia industri.

“Kami juga ingin mengalokasikan anggaran pendidikan yang substansial untuk bisa mereformasi pelatihan-pelatihan keterampilan yang didukung oleh beberapa kementerian tersebut. Kita harus mereformasi sistem pendidikan kita. Saat ini, kami ingin memperbaiki kualitas SMK. Mungkin jumlah SMK belum perlu ditambah lagi, tapi fokus saja meningkatkan kualitas dari SMK yang sudah ada,” tegas Menteri Sofyan.