Menteri Sofyan Apresiasi Penemuan Mikroba ‘Google’ dan Oportunitas Pengembangan Komoditas Pertanian

Menteri PPN/Kepala Bappenas Sofyan Djalil, didampingi Deputi Bidang Pemantauan, Evaluasi, dan Pengendalian Pembangunan, Roni Dwi Susanto dan Direktur Pangan dan Pertanian Pertanian, Nono Rusono, mengunjungi Pusat Penelitian dan Penerapan Bioteknologi Mikroba ‘Google’ yang terletak di Kampung Cikutu, Desa Rancasanggal, Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Banten, Sabtu (21/11).
 

Menteri Sofyan Djalil mengapresiasi penemuan yang sangat inovatif dari mikroba ‘Google’ tersebut karena dengan mikroba ini kuantitas dan kualitas hasil panen jadi lebih baik. “Produksi pertanian organik dapat di-scale-up untuk komoditas ekspor. Namun untuk mencapai hal ini, tentu membutuhkan dukungan modal, teknologi, kepastian pasar, dan pendampingan para petani,” ujar Menteri Sofyan.

Terkait modal, Menteri Sofyan berencana memperkenalkan mekanisme perbankan terhadap kelompok petani. “Bappenas akan carikan bantuan pinjaman dari bank BUMN sekitar dua milyar. Kita perkenalkan mekanisme perbankan, bukan mekanisme birokrasi. Kita cari tanah seluas 100 ha di Pandeglang yang dapat dilalui mesin tanam dan panen. Kita tanami kedelai. Kita berikan dua tenaga pendamping, dengan asumsi satu tenaga pendamping efektif untuk 50 ha tanah,” tambah beliau.

Nama mikroba ‘Google’ diberi beberapa pihak karena sejalan dengan filosofi mesin pencari internet. “Mikroba ini dapat mencari dan menemukan potensi kandungan mineral tanah yang tersembunyi, untuk kemudian dikumpulkan menjadi sesuatu yang sempurna, sehingga dapat mengembalikan kesuburan segala jenis tanah secara alami. Pengujian pernah dilakukan pada lahan seluas 300-1.300 ha di tanah bekas tambang, berpasir, ataupun gambut,” ujar Prof. Dr. Ali Zum Mashar, penemu Mikroba ‘Google’ atau yang awalnya dikenal sebagai Mikroba BioP-2000Z.

Dengan mikroba ‘Google’, produksi tanaman meningkat menjadi 3-4,5 ton per ha. Mikroba ini juga meningkatkan tinggi tanaman, misalnya pada kedelai yang umumnya tinggi 30-90 cm menjadi 3,5 m. ''Dengan pemakaian mikroba ini juga dapat menghemat pemakaian pupuk,'' kata Prof. Ali Zum.

Untuk ke depan, Prof. Ali Zum berharap Pemerintah dapat menciptakan desa tematik pertanian. “Desa tematik pertanian akan lebih menguntungkan. Desa tematik akan memudahkan Pemerintah untuk memantau pasar agrobisnis di Indonesia. Khusus Banten, dapat berupa kampung kelengkeng, mangga, alpukat, ataupun durian. Untuk itu, perlu juga dibuat greenhouse sebagai sarana menghasilkan bibit unggul desa tematik dengan teknologi kultur jaringan dan stek okulasi,” pungkas beliau.