Menteri Bambang Brodjonegoro Dorong Kontribusi Industri Manufaktur 26 Persen Untuk Capai Indonesia Emas 2045

GRESIK – “Harapannya, pada 2045 kita ekonomi terbesar ke-5 dunia. PDB per kapita kita akan menembus angka USD 23.199. Untuk mencapai itu, maka ada syaratnya. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pertahun harus mencapai 5,7 persen danpertumbuhan industri manufaktur sebesar 6,3 persen, dengan kontribusi industri manufaktur terhadap PDB sebesar 26 persen. Kalau kita mau jadi negara maju, Indonesia harus jadi negara industri. Kebijakan pemerintah untuk memajukan sektor industri, antara lain melalui perbaikan alur aliran material, mendesain ulang zona industri, mengakomodir standar sustainability, membudayakan UMKM, membangun infrastruktur digital nasional, menarik investasi asing, meningkatkan kualitas SDM, membentuk ekosistem inovasi, menerapkan insentif investasi teknologi, mengoptimisasi aturan dan kebijakan,” jelas Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro dalam paparan dalam acara Rapat Kerja Penyusunan RKAP Petrokimia Gresik Tahun 2020, di Gresik, Jawa Timur, Jumat (26/7) pagi.

Menteri Bambang menyampaikan strategi untuk mencapai target kontribusi industri manufaktur sebesar 26 persen adalah dengan modernisasi industri yang fokus pada industri pengolahan SDA berbasis kawasan, penerapan smart and sustainable manufacturing untuk meningkatkan efisiensi industri nasional, pemanfaatan Revolusi Industri 4.0 yang disesuaikan dengan karakteristik masing-masing industri, serta mendorong industri menjadi bagian dari Global Value Chain (GVC). “Manfaat yang diharapkan dari penerapan Industri 4.0 adalah perekonomian yang kokoh. Pertumbuhan PDB kita akan naik sekitar 1-2 persen per tahun dari baseline 2018 hingga 2030. Lebih dari 10 juta tambahan lapangan pekerjaan tercipta pada 2030 dari kondisi saat ini. Selain itu, sektor manufaktur akan menjadi kontributor terbesar. Kontribusi sektor manufaktur terhadap PDB mencapai lebih dari 25 persen pada 2030,” jelas Menteri Bambang.

Transformasi Indonesia 4.0 juga akan mendorong transformasi bisnis manufaktur yang bersifat kolaboratif. Pertama, meningkatkan infrastruktur dengan mengembangkan TIK serta tata kelola dan keamanan. Kedua, meningkatkan nilai tambah dengan menitikberatkan pada peningkatkan kemudahan melakukan bisnis, akses ke keuangan, penciptaan pekerjaan dan produktivitas tenaga kerja, daya saing industri, perdagangan dan persaingan yang adil, serta kesejahteraan konsumen. Ketiga, meningkatkan kelembagaan dan masyarakat dengan memperhatikan peta jalan transformasi digital, harmonisasi peraturan dan kebijakan, partisipasi masyarakat, adaptasi dan kesejahteraan, pengembangan SDM dan standar kualitas, layanan publik yang berkualitas, kemitraan publik dan swasta, serta kebijakan fiskal. Keempat, meningkatkan litbang dan inovasi dengan fokus pada infrastruktur Research, Design & Development (RD&D) termasuk laboratorium pengujian, kualitas peneliti, kolaborasi antara perusahaan dan lembaga RD&D, pusat akuisisi dan inovasi teknologi, serta inovasi digital dan solusi untuk kualitas hidup yang lebih baik.

Dengan transformasi tersebut, Indonesia dapat menjadi salah satu kekuatan terbesar dalam industri makanan minuman di ASEAN, produsen functional clothing, eksportir ICE dan EV bidang otomotif, serta pemain industri biokimia. Khusus industri biokimia, Indonesia memiliki peluang yang baik karena sumber daya pertanian yang melimpah dan pasar domestik terbesar secara regional. “Tantangannya adalah kapasitas produksi terbatas termasuk bahan kimia dasar. Kita juga masih sangat tergantung dengan impor bahan baku, misalnya lebih dari 90 persen Naftha kita impor. Selain itu, zona industri pabrik kimia masih belum optimal. Terakhir, terbatasnya insinyur dan kemampuan penelitian dan pengembangan (litbang) sehingga industri masih di tahap industri kimia dasar,” jelas Menteri Bambang.

Ke depan, terdapat lima kebutuhan utama industri kimiadi Indonesia. Pertama, meningkatkan kapasitas petrokimia domestik dan mengurangi ketergantungan impor. Kedua, mengoptimalkan zona industri untuk mengangkatsumber daya migas domestik. Ketiga, perbaikan produktivitas dengan adopsiteknologi 4IR. Keempat, mempercepat aktifitas litbang untuk membangun biofuel dan bioplastik generasi baru. Kelima, ekspor untuk meningkatkanskala ekonomi.