Menjawab Ketidakpastian Sosial Ekonomi Pasca Pandemi Covid-19, Menteri Suharso Dorong Sulawesi Selatan Kembangkan Industri Agrobisnis

“Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Selatan sangat bergantung pada sektor pertanian yang menjadi kontributor terbesar, baik dalam pembentuk pertumbuhan maupun penyerapan tenaga kerja. Padahal harga komoditas sangat dipengaruhi gejolak situasi global,” ujar Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan Provinsi (Musrenbangprov) Sulawesi Selatan, Senin (20/4). Untuk itu, Sulawesi Selatan harus dapat menjawab ketergantungan pada sektor pertanian yang menjadi penyebab tingginya kemiskinan di provinsi ini. Terlebih, pandemi Covid-19 menimbulkan ketidakpastian sosial ekonomi dan penduduk miskin semakin rentan di Sulawesi Selatan, meski angka ini sudah menurun beberapa tahun terakhir.

Tantangan pengentasan kemiskinan juga terletak pada tingginya proporsi pekerja informal dan setengah pengangguran. Di 2018, pekerja setengah pengangguran di Sulawesi Selatan tercatat 7,5 persen, lebih tinggi dibandingkan angka nasional sebesar 6,6 persen. Para pekerja ini tidak terlindungi dan mudah kehilangan pendapatan. Pandemi Covid-19 saat ini bisa menjadi salah satu penyebab para pekerja ini kembali miskin. Di 2019, jumlah penduduk miskin di Sulawesi Selatan sebesar 8,69 persen, lebih rendah dari total angka penduduk miskin nasional sebesar 9,41 persen.

Kementerian PPN/Bappenas mendorong Sulawesi Selatan untuk memperluas sektor pertanian dengan membentuk industri hilir. Dengan adanya agroindustri, Sulawesi Selatan bisa mendapatkan nilai tambah dari hasil olahan SDA sektor pertanian dan perkebunan. “Berdasarkan isu strategis Sulawesi Selatan, kebijakan di 2021 diarahkan untuk meningkatkan produktivitas usaha pertanian dan mengembangkan kegiatan non-farming yang komplementer (agroindustry),” tutur Menteri Suharso. Selain itu, beliau juga merekomendasikan penyederhanaan izin untuk mempermudah investor sehingga dapat menarik investasi baru sekaligus mengentaskan kemiskinan yang tinggi.

Menteri Suharso juga mengatakan pentingnya Sulawesi Selatan untuk segera menyelesaikan penyebaran Covid-19 mengingat tingginya angka kasus Covid-19 yang terkonfirmasi positif dan risiko penularan di Sulawesi Selatan yang termasuk tinggi. Pembatasan sosial perlu diawasi dan dipantau. Menteri Suharso menyebutkan pentingnya penguatan safeguarding dalam penanganan Covid-19 termasuk penanganan kesehatan, penguatan jaring pengaman sosial dan pemulihan ekonomi agar tetap berjalan transparan, akuntabel, efisien, dan efektif. “Keberhasilan kita mengatasi penyebaran virus ini menjadi kunci pemulihan sosial ekonomi Sulawesi Selatan. Jika kita bisa mengatasi pandemi ini dengan relatif cepat, maka faktor-faktor produksi tidak terlalu lama menganggur atau rusak sehingga roda perekonomian bisa segera berputar dengan kapasitas penuh,” imbuh beliau.

Dengan potensi yang dimiliki dan penanganan wabah yang baik, perekonomian Sulawesi Selatan diperkirakan akan bangkit. Di 2021, pertumbuhan ekonomi ditargetkan sebesar 6,7 persen. Angka ini lebih tinggi dibandingkan target pertumbuhan nasional sebesar 4,5–5,5 persen. Dengan pertumbuhan ekonomi ini juga diharapkan akan meningkatkan jumlah lapangan pekerjaan sehingga tingkat pengangguran ditargetkan berada di kisaran 7,3 persen. Tingkat kemiskinan pun dapat ditekan menjadi 8,3 persen. Sulawesi Selatan juga diharapkan dapat meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menjadi 73,05 serta menurunkan Rasio Gini menjadi 0,37.