Master Plan on ASEAN Connectivity 2025 Atasi Isu Konektivitas Asia Tenggara

JAKARTA – Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro menjadi pembicara sekaligus membuka acara ASEAN G2B Infrastructure Investment Forum di ShangriLa Hotel, pada Selasa (8/11). Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, Indonesia memiliki tantangan untuk dapat mengatasi masalah konektivitas, terutama di wilayah daerah terpencil. Konektivitas ASEAN sangat penting, terutama pada beberapa pilar-pilar seperti pilar ekonomi, keamanan politik dan sosial budaya.

Melalui proyek Master Plan on ASEAN Connectivity (MPAC) 2025 diharapkan dapat mengatasi berbagai macam isu, salah satunya isu konektivitas domestik. Selain itu, tujuan dari proyek ini adalah menjadikan negara-negara anggota ASEAN mampu bersaing secara inklusif dan mempererat hubungan antarnegara. Hal ini merupakan aspek penting untuk Indonesia, sebagaimana tercantum dalam RPJMN 2015-2019 yaitu memperkuat pola konektivitas.

“Hubungan antara proyek MPAC dan RPJMN 2015-2019 akan menjadi backbone atau tumpuan dalam memastikan konektivitas baik di nasional maupun global. Ini akan bermanfaat bagi masyarakat ASEAN. Pulau terluar dan terpencil menjadi suatu hal yang sangat penting untuk konektivitas ASEAN,” tutur Menteri Bambang.

MPAC 2025 fokus terhadap lima isu strategis di Asia Tenggara, yaitu infrastruktur yang berkelanjutan, inovasi digital, kelancaran arus logistik, regulasi yang mendukung dan kemudahan mobilisasi penduduk.

Ada tiga tantangan utama dalam menghadapi tantangan konektivitas. Pertama, perlunya komitmen politik dalam penerapan proyek MPAC. Melalui komitmen politik yang kuat, dapat mewujudkan rencana pembangunan serta menciptakan lingkungan yang baik untuk melakukan investasi. Kedua, isu pendanaan, dan ketiga isu koordinasi.

ASEAN G2B Infrastructure Investment Forum dilakasanakan pada tanggal 9 -11 November 2016, di Jakarta Convention Center (JCC) dan menghadirkan 600 peserta pameran dari 37 negara yang akan menampilkan berbagai produk dan teknologi terkini bagi industri infrastruktur, konstruksi dan telekomunikasi.

Selain itu, disampaikan juga enam proyek infrastruktur nasional yang dipaparkan di depan investor dan industri infrastruktur terkemuka dari negara anggota ASEAN, antara lain kereta Bandara Soekarno Hatta – Halim, Rute Ro-Ro Bitung – General Santos – Davao, Bandara Internasional Kertajati, Jalan Tol Sukabumi – Ciranjang – Padalarang, Jalan Tol Yogyakarta – Solo, Proyek 35.000 MW, Pelabuhan Kuala Tanjung, dan High Speed Train (Jakarta – Surabaya).