Indonesia Development Forum 2019: Menteri Bambang Sampaikan Tiga Tantangan Tingkatkan Pertumbuhan Ekonomi dan Pemerataan Pembangunan

JAKARTA – Kementerian PPN/Bappenas bersama Pemerintah Australia melalui Knowledge Sector Initiative (KSI) kembali menggelar program tahunan terbesar untuk ketiga kalinya, Indonesia Development Forum (IDF) 2019 pada 22-23 Juli 2019 di Jakarta Convention Center. Forum dua hari ini menjadi wadah bagi para pemangku kepentingan baik dari kalangan pemerintah pusat dan daerah, filantropi dan pelaku bisnis, akademisi, organisasi sipil, mitra pembangunan, serta masyarakat secara luas, untuk bertemu dan saling bertukar gagasan melalui diskusi interaktif yang mengangkat praktik cerdas, hasil-hasil penelitian termutakhir, dan pengalaman internasional yang relevan bagi konteks Indonesia. IDF 2019 mengangkat tema “Mission Possible: Memanfaatkan Peluang Pekerjaan Masa Depan untuk Mendorong Pertumbuhan Inklusif”.

“Pemilihan tema ini sejalan dengan arahan Bapak Presiden Joko Widodo untuk menjadikan pembangunan sumber daya manusia (SDM) sebagai fokus baru pembangunan nasional, melanjutkan upaya perbaikan iklim investasi dan pembangunan infrastruktur yang telah dilakukan dalam beberapa tahun terakhir. Tema dan sub tema ini dipilih juga sebagai respons atas pentingnya membangun kesiapan SDM dan menyongsong peluang kerja masa depan dalam rangka mewujudkan pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan. SDM yang unggul dan berdaya saing diharapkan dapat mendongkrak produktivitas dan daya saing nasional yang secara langsung akan turut berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi,” jelas Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro dalam Pembukaan IDF 2019, pada Senin (22/7).

Selama periode 2015-2019, pertumbuhan ekonomi berkualitas telah mampu menciptakan 11,2 juta kesempatan kerja baru. Jumlah tersebut melampaui target penciptaan 10 juta kesempatan kerja dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) berhasil ditekan menjadi 5,01 persen pada Februari 2019, terendah sejak krisis ekonomi 1997 dan 1998. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) juga terus mengalami kenaikan dengan rata-rata peningkatan mencapai 0,89 persen dan telah termasuk dalam kategori tinggi. Tentunya, keberhasilan ini harus dijaga agar akselerasi laju pertumbuhan dan pemerataan pembangunan ekonomi dapat dicapai. Namun, untuk sampai ke sana, Indonesia masih harus mengatasi setidaknya tiga tantangan utama.

“Pertama, daya saing SDM Indonesia masih tertinggal jika dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. SDM Indonesia masih berada pada peringkat 65 dari 130 negara dengan skor 62,19, tertinggal dibandingkan dengan Malaysia di peringkat 33, Thailand di peringkat 40, Filipina di peringkat 50, bahkan Vietnam di peringkat 64. Kedua, lebih dari separuh pekerja Indonesia masih berada di sektor informal dengan produktivitas yang rendah. Sektor manufaktur belum berhasil menjadi penggerak utama dalam penciptaan lapangan kerja. Ketiga, masih rendahnya akses kelompok rentan seperti perempuan, penyandang disabilitas, serta penduduk daerah tertinggal terhadap kesempatan kerja yang berkualitas. Mayoritas mereka masih bekerja di sektor informal karena sulit mengakses lapangan kerja formal dan lingkungan kerja yang inklusif,” jelas Menteri Bambang.

Dinamika perubahan demografi dan perkembangan teknologi yang cepat juga memberi peluang sekaligus tantangan bagi Indonesia untuk meningkatkan daya saing. Merespons berbagai tantangan di atas, upaya pembangunan SDM dilakukan Pemerintah Indonesia secara holistik dan terintegrasi. Menteri Bambang menegaskan bahwa penyediaan pelayanan dasar dan perlindungan sosial, pemerataan layanan kesehatan dan pendidikan berkualitas, serta pengembangan IPTEK dan inovasi menjadi prasyarat keberhasilan untuk mewujudkan SDM yang andal, adaptif, kreatif, dan inovatif. Membangun kesiapan SDM juga perlu diiringi dengan upaya penguatan sektor-sektor produktif agar dapat memberikan kesempatan kerja seluas-luasnya kepada masyarakat sehingga pengangguran, kemiskinan, dan ketimpangan dapat diatasi.

Menteri Bambang juga menyampaikan apresiasi atas antusiasme dan respons positif dari berbagai elemen masyarakat yang telah menyumbangkan buah pemikirannya melalui Call for Submissions IDF 2019. Dalam waktu kurang lebih tiga bulan telah diterima 542 proposal berupa makalah, paparan singkat, pertunjukan seni budaya, dan ide kreatif lainnya melalui situs IDF 2019. Dari jumlah tersebut, terdapat 40 peserta dari berbagai latar belakang berhasil lolos seleksi dan berkesempatan hadir, serta mempresentasikan karyanya dalam sesi-sesi IDF. Selain itu, 668 dari 1.500 target peserta adalah pemuda.

“Enam puluh lima dari 910 kalangan pemuda yang mendaftar untuk menjadi relawan juga terpilih untuk mendukung penyelenggaraan IDF 2019. Kami melihat minat dan potensi pemuda yang besar untuk turut berkontribusi dalam forum pembangunan ini. Secara langsung dan tidak langsung, mereka terlibat dalam diskusi tentang berbagai gagasan inovatif dan menyentuh berbagai aspek krusial sesuai dengan sub tema yang dibahas dalam IDF tahun ini. Berbagai gagasan dan inovasi yang berhasil ditampung dalam seluruh rangkaian IDF akan kami himpun menjadi bahan masukan dalam penyusunan rencana pembangunan nasional, khususnya penyusunan strategi nasional penciptaan lapangan kerja,” jelas beliau.

Tidak seperti forum pada umumnya, IDF 2019 ini tidak menggunakan komunikasi satu arah. Peran pembicara adalah pemantik diskusi dan seluruh peserta akan berkontribusi dalam memberikan masukan bagi kebijakan. Format diskusi yang digunakan adalah: World café, fish bowl, conversation café, serta pasar ide dan inovasi untuk mempertemukan para inovator dengan penggunanya. Perekam grafik juga digunakan untuk menangkap gagasan peserta selama diskusi berlangsung.

“Untuk pertama kalinya IDF 2019 merancang dua inovasi baru, yaitu Sesi Inclusive Digital Economic Accelerator Space atau IDEAS dan Sesi Khusus Provinsi. Sesi IDEAS diselenggarakan untuk memberi ruang bagi lebih dari seratus start up, inkubator, akselerator, dan investor yang diundang untuk berinteraksi dan berkolaborasi. Sesi IDEAS diharapkan dapat mendukung tumbuhnya ekosistem kewirausahaan di Indonesia. Untuk Sesi Khusus Provinsi, IDF 2019 memilih Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk menjadi provinsi percontohan pertama. NTT dipilih karena memiliki keunggulan komparatif yang potensial untuk dikembangkan. Sesi Khusus NTT nantinya akan menghadirkan pembicara langsung dari NTT untuk bisa berbagi praktik terbaiknya dan membangun solusi atas tantangan pembangunan di NTT,” pungkas Menteri Bambang.