Bappenas Bidik Status UGG untuk Geopark Ngarai Sianok-Maninjau hingga Dorong Pengembangan UMKM Tenun Songket

Menutup rangkaian Kunjungan Kerja Sumatra Barat pada 8-10 April 2021, Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa berkunjung ke Geopark Ngarai Sianok-Maninjau, Sumatra Barat, Sabtu (10/4). Menyimpan potensi warisan geologi berupa patahan di jalur sistem vulkanik Sumatra yang bernilai internasional, Geopark Ngarai Sianok-Maninjau tengah membidik status United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) Global Geopark. “Ini kekayaan yang luar biasa, untuk itu Bappenas sedang berusaha agar Geopark Ngarai Sianok-Maninjau menjadi UNESCO Global Geopark dan sebenarnya Sumatra Barat sudah punya, salah satunya Sawah Lunto dan nanti kita akan punya Geopark Sianok-Maninjau. Ada 17 minimal persyaratan yang mesti dipenuhi dan kalau bisa cepat, belajar dari Bangka Belitung waktu kita ke sana, selama satu  tahun, sudah dapat approval,” tutur Menteri Suharso di Geopark Ngarai Sianok-Maninjau, Sabtu (10/4).

Geopark Ngarai Sianok-Maninjau merupakan laboratorium alam untuk penelitian dan pembelajaran mitigasi bencana dan lingkungan serta konservasi alam dan budaya. Keanekaragaman hayati dan spesies endemis Danau Maninjau juga perlu dilestarikan dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat secara turun-temurun. Namun, pencemaran dan pariwisata yang tidak ramah lingkungan menyebabkan berkurangnya keanekaragaman hayati danau yang semula 33 spesies pada 1916 menjadi 16 spesies pada 2014, serta 16 spesies endemis yang berkurang menjadi 7 spesies. Pemerintah daerah sangat berperan penting untuk mengembangkan pariwisata alam yang bersih, sehat, aman dan melestarikan lingkungan hidup. “Saya usul, Pak Wali Kota, mulai larang plastik di sini. Itu bisa membantu geopark kita karena bahan plastik itu mengancam, merusak lingkungan, sementara di sini lingkungannya luar biasa,” tegas Menteri Suharso. 

Dari Geopark Ngarai Sianok-Maninjau, Menteri Suharso beranjak ke Kampung Tenun Pandai Sikek, Kabupaten Tanah Datar untuk berdialog dengan pelaku UMKM penghasil tenun songket yang dihasilkan secara tradisional, dengan alat tenun bukan mesin (ATBM), dan memiliki motif yang unik dengan ciri khas benang perak dan emas. tantangan untuk mengembangkan industri tenun songket yang sudah ada sejak 1850-an ini antara lain, kurangnya minat anak muda keturunan Pandai Sikek untuk menguasai keterampilan tersebut, terbatasnya inovasi desain songket, penggunaan alat tradisional yang membuat terbatasnya jumlah produksi, keterbatasan bahan baku, keterbatasan modal, tersebarnya lokasi pengrajin, serta turunnya permintaan akibat pandemi, dan persaingan pasar semakin tinggi dengan adanya produk sejenis yang dijual dengan harga murah.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, pemerintah telah menyalurkan DAK Sentra IKM Kementerian Perindustrian 2017-2021 berupa mesin tenun, pembinaan IKM dalam perkuatan jaringan kluster industri, revitalisasi sentra, dan pendirian sarana penunjang dan instalasi pengolahan air bersih (IPAB), serta dukungan program Bangga Buatan Produk UMKM. “Pemasaran kain songket bisa melalui pameran, kemitraan usaha, atau menggunakan songket pada skala nasional supaya lebih dikenal masyarakat. Selain itu bisa juga dikembangkan menjadi Kawasan Wisata Tenun. Namun sebelumnya harus ada perbaikan infrastruktur akses jalan untuk memudahkan distribusi dan akses untuk wisatawan. Terakhir tentunya pelatihan dan studi untuk inovasi dan diversifikasi produk,” pungkas Menteri Suharso.