Build Back Better, Safer and Sustainable for Resilient Indonesia: Upaya Bappenas dan JICA Bangun Kembali Palu dan Donggala

NUSA DUA – Gempa bumi berkekuatan 7,7 Skala Richter di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah yang menyebabkan tsunami pada Jumat (28/9) lalu menyisakan duka mendalam dan pekerjaan rumah tentang bagaimana mendorong efektivitas dan efisiensi mitigasi bencana di Indonesia agar dapat meminimalkan korban jiwa dan kerusakan infrastruktur. Untuk itu, dalam pertemuan bilateral yang digelar di sela 2018 International Monetary Fund-World Bank Group Annual Meetings di Nusa Dua, Bali, Minggu (14/10), Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro dan Presiden JICA Shinichi Kitaoka berkomitmen untuk bekerja sama dalam menyusun Master Plan for the Rehabilitation and Reconstruction of the Affected Regions in the Central Sulawesi. “Tentunya dari pengalaman Jepang atas bencana alam, terutama gempa, tsunami, banjir, dan likuifikasi tanah, Indonesia dapat belajar tentang manajemen bencana dari Jepang. Manajemen bencana tersebut mencakup analisis risiko bencana, mitigasi dan kesiapan penanggulangan bencana, juga rehabilitasi dan rekonstruksi pascabencana dengan fokus pada perencanaan pembangunan di wilayah-wilayah Indonesia yang rentan akan bencana alam,” ujar Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro.

Mengusung konsep “Build Back Better, Safer and Sustainable for Resilient Indonesia”, rencana dan strategi rehabilitasi dalam Master Plan for the Rehabilitation and Reconstruction of the Affected Regions in the Central Sulawesi diperkirakan selesai dalam kurun waktu kurang dri dua tahun. Sebagai langkah awal, Kementerian PPN/Bappenas dan JICA akan memulai survei lapangan ke area terdampak bencana di Sulawesi Tengah pada 17-19 Oktober 2018 mendatang. Dalam survei tersebut, perwakilan Kementerian PPN/Bappenas bersama tak kurang 20 ahli gempa, longsor, dan mitigasi bencana dari Jepang akan menyusun analisis pemahaman terhadap kondisi lahan untuk memetakan daerah yang aman untuk dibangun kembali. Analisis tersebut akan diperkaya oleh pendataan awal yang telah dilakukan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat serta Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Kementerian PPN/Bappenas sebagai fasilitator dan koordinator survei tersebut, turut menyertakan peran Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Sulawesi Tengah sebagai elemen pemerintah daerah agar dapat meneruskan langkah-langkah mitigasi bencana yang lebih efektif bagi warga sekitar.

“Bencana alam yang dialami Palu dan Donggala harus diinvestigasi dengan cermat, karena meliputi sejumlah bencana seperti gempa, likuifikasi, tsunami, dan longsor yang berhubungan satu sama lain. Kita harus mencari tahu dengan pasti apa alasan terjadinya becana-bencana tersebut. Tanpa mengetahui situasinya, kita tidak akan bisa membuat rencana yang cermat, maka pelaksanaan survei sangat penting sebagai dasar untuk langkah selanjutnya,” ujar Presiden JICA Shinichi Kitaoka. Master Plan for the Rehabilitation and Reconstruction of the Affected Regions in the Central Sulawesi akan berisi data komprehensif tentang kerugian ekonomi dan sosial yang dirasakan wilayah terdampak sehingga penganggaran untuk rehabilitasi Kota Palu, terutama Kabupaten dan Kabupaten Donggala, dapat dilakukan secara cermat hingga ke aspek pembangunan tata ruang wilayah jangka panjang. “Master Plan for the Rehabilitation and Reconstruction of the Affected Regions in the Central Sulawesi akan menjadi fokus jangka pendek saat ini, sejalan dengan target jangka panjang untuk menyusun pedoman mitigasi bencana yang dapat diterapkan secara nasional, namun dengan memperhatikan karakteristik risiko bencana yang berbeda antara satu wilayah dengan wilayah lainnya di Indonesia,” tutup Menteri Bambang.