Tingkatkan Kualitas SDM Indonesia, Menteri Suharso Dorong Kontribusi Universitas dalam TVET

“Indeks Pembangunan Manusia Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada 2018, Human Development Index kita telah mencapai angka 71,39. Angka ini dapat dimaknai dalam tingkatan harapan hidup dari saat lahir sebesar 70,90 tahun pada 2016 menjadi 71,2 tahun pada 2018. Serta peningkatan tiga aspek kehidupan lainnya, yaitu rata-rata lama sekolah, harapan lama sekolah, serta kesejahteraan ekonomi yang ditandai dengan pengeluaran per kapita,” jelas Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa dalam acara Dies Natalis ke-4 Universitas Pertamina, pada Selasa (4/2).

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) juga menunjukkan capaian yang positif. Pada 2019, TPT Indonesia turun menjadi 5,28 persen seiring dengan penciptaan lapangan kerja sebesar 2,51 juta orang. Penciptaan kesempatan kerja tersebut terus didorong melalui investasi padat pekerja di sektor bernilai tambah tinggi dan di sektor sumber pertumbuhan baru seperti pariwisata, ekonomi kreatif, dan ekonomi digital, penumbuhan kewirausahaan, serta peningkatan ekspor dan penguatan rantai pasok global.

Menteri Suharso juga menyampaikan di dunia sekarang ini telah terjadi perubahan yang luar biasa terhadap bisnis model, terhadap production system, juga akibatnya terhadap tenaga kerja. “Diperlukan up-skilling dan e-skilling, di sinilah peran universitas menjadi penting. Produktivitas tenaga kerja kita masih perlu ditingkatkan karena tingkat pertumbuhannya masih tertinggal dibandingkan Singapura dan Malaysia,” jelas Menteri Suharso.

Kualitas tenaga kerja kita saat ini masih belum merespon kebutuhan pasar kerja. Saat ini proporsi tenaga kerja berkeahlian menengah ke atas hanya 40,6 persen. Selain itu masih terjadi miss match antara bidang pekerjaan dengan latar belakang pendidikan atau antara keahlian dengan kebutuhan industri. Miss match ini sudah menjadi ‘PR’ kita sejak lama.

Menteri Suharso juga mendorong Universitas Pertamina untuk menghasilkan lulusan-lulusan terbaik yang dapat berkontribusi langsung pada pembangunan, bukan sebaliknya ikut menyumbang lulusan pendidikan tinggi yang belum mendapatkan pekerjaan. Universitas Pertamina harus dapat menjadi center of knowledge, serta menjadi motor dalam menciptakan inovasi yang bernilai ekonomi tinggi.   

“Ada baiknya juga kalau Universitas Pertamina mulai membicarakan soal Technical and Vocational Education and Training (TVET), sebab kedekatannya dengan Pertamina sebagai induknya akan sangat membantu, karena vocational training itu hanya bisa sukses kalau ada di industri, yang dalam hal ini ada di Pertamina,” pungkas beliau.