Menteri Suharso: Saatnya Ekonomi Digital dan Contactless Society

“Menurut saya, ekonomi kita bisa pulih asal kita lakukan dengan cara-cara yang baru. Tapi, cara-cara yang baru sebetulnya sudah kita praktikkan sekarang. Tidak ada hal-hal yang perlu dikhawatirkan dengan normal baru ini. Hanya saja, harus ingat bahwa apa yang kita lakukan dengan cara-cara baru ini bukan berarti virusnya tidak ada. Sama sekali tidak. Kita akan mengendalikan virus itu,” jelas Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa dalam Webinar Future Cities: Merancang Gaya Hidup Baru Perkotaan, Selasa (2/6).

Gaya hidup yang sudah dipraktikkan selama ini di antaranya beraktivitas di tengah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), tinggal di rumah saja, hingga physical distancing akan menjadi sesuatu yang biasa di masa kini dan mendatang. Selanjutnya, contactless society, cashless society dan less mobility society, juga meningkatnya transaksi digital akan menjadi kenormalan baru yang menandai era ekonomi digital. Hanya saja secara mental, sebagian generasi mungkin masih tertinggal di era 3.0, 2.0 atau bahkan 1.0, sedangkan saat ini sudah masuk era 4.0 menuju 5.0. Di Kementerian PPN/Bappenas, melalui Integrated Digital Workplace, sistem kerja sudah beralih ke 4.0 yang berorientasi pada hasil.

Menteri Suharso menambahkan, Indonesia juga harus mengikuti protokol internasional kesehatan dari World Health Organization atau WHO, salah satunya aspek surveillance dengan indicator jumlah tes. Menurut WHO, paling tidak, harus ada 1 orang yang dites per 1.000 penduduk per minggu. “Kita sekarang sudah memasuki  minggu ke-13. Artinya, harus 130.000 yang dites. Berapakah yang dites di Jakarta? Yang sudah dites di Jakarta sudah lebih dari 140.000. Oleh karena itu, Bappenas menilai Jakarta memenuhi syarat dalam pengertian surveillance,” urai beliau.

Sayangnya, jumlah tes nasional masih 260.000, tidak sampai dua kali dari Jakarta. Artinya, ada selisih antara kapasitas kemampuan daerah untuk melakukan tes. Menurut perhitungan Kementerian PPN/Bappenas, saat ini, Indonesia mampu melakukan sampai minimal 27.000 tes per hari untuk skala nasional.

Pandemi Covid-19 menjadi wake up call terhadap sistem kesehatan nasional Indonesia. Hal tersebut menjadi penting ketika merancang kota masa depan yang sudah memperhitungkan kemungkinan terulangnya pandemi. Selama belum ada vaksin untuk Covid-19, kebijakan dan kebiasaan seperti PSBB dan berdiam di rumah akan terus dilakukan untuk menurunkan Angka Reproduksi Efektif (Rt) di bawah 1.