Bappenas Bahas Peningkatan Pembangunan Pedesaan dan Kesejahteraan Petani

ROMA – Untuk meningkatkan pembangunan pertanian dan pedesaan, Kementerian PPN/Bappenas menggelar pertemuan bilateral dengan Wakil Presiden International Fund for Agricultural Development (IFAD) dan Director General of Food and Agriculture Organization (FAO) di Roma, pada Senin (24/7). IFAD telah menjadi salah satu mitra pembangunan utama Indonesia dalam mencapai target pembangunan, termasuk target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development Goals. Dukungan IFAD terbukti efektif menciptakan peluang ekonomi di pedesaan melalui penciptaan dan mata pencaharian melalui kewirausahaan pedesaan dan lapangan kerja. FAO juga telah lama mendukung pembangunan pertanian Indonesia. “Indonesia mendukung transformasi sistem pangan dalam konteks Visi Indonesia 2045. Kami baru saja menyelesaikan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045, di mana transformasi sistem pangan adalah salah satu agenda besarnya,” tutur Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Kementerian PPN/Bappenas Vivi Yulaswati.

Saat ini, Indonesia memiliki beberapa tantangan dalam sistem pertanian. Pertama, transformasi sistem pertanian pangan perlu diletakkan dalam konteks lokal. Indonesia begitu beragam sehingga peran kapasitas pemerintah daerah dan transfer pengetahuan menjadi bagian dari tantangan yang masih dihadapi selama ini. Peran dan kapasitas pemerintah daerah dalam transformasi sistem pertanian pangan perlu ditingkatkan ke depannya. Pemerintah daerah memainkan peran penting dalam konteks desentralisasi di Indonesia. Selain itu, pemerintah juga perlu mempertimbangkan untuk meningkatkan desain, implementasi, pemantauan, dan evaluasi proyek IFAD di Indonesia.

Kedua, populasi petani yang menua. Salah satu instrumen strategi atau kebijakan Indonesia dalam RPJPN 2025-2045 adalah regenerasi petani sehingga ada beberapa strategi yang harus Indonesia lakukan, seperti digitalisasi dan smart farming dalam konteks budaya dan kapabilitas. Pengalaman IFAD di Indonesia untuk mendukung kewirausahaan pedesaan dan lapangan kerja akan menjadi fondasi yang kuat bagi Indonesia untuk lebih jauh berkolaborasi dalam rangka regenerasi petani di Indonesia.

“Kami juga mengalami bonus demografi. Kami adalah negara terpadat keempat dan kami sekarang harus mengembangkan strategi untuk meregenerasi para petani. Terkait dengan perubahan iklim, kami juga ingin memperluas strategi nexus of Food Energy and Water (FEW) dan juga sebagai bagian dari ekonomi sirkular untuk meningkatkan produktivitas ekonomi serta mengurangi food loss dan waste kami,” tutup Deputi Vivi.