Menteri Bambang: Indonesia Siap Hadapi Tantangan Era Digital dan Industri 4.0

KUTA, BALI - Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro menjelaskan hal-hal apa saja yang akan dihadapi untuk menuju era digital kedepan, serta apa saja kebijakan-kebijakan pemerintah untuk menghadapi hal tersebut, terutama dalam rangka penataan suatu organisasi. Hal ini disampaikan beliau di acara Asia Academy of Management (AAOM) Biennial Asia Conference 2019, di Hotel Patra Bali, pada Kamis (20/6).

Indonesia saat ini sedang menghadapi industri 4.0 dan transformasi digital. Kedua hal ini dapat membuka kesempatan pada ekonomi digital, seperti meningkatnya perkembangan transaksi melalui sektor e-commerce di 2025; adanya peningkatan pada pelayanan transportasi online yang tumbuh sebesar 22 persen per tahun; serta munculnya bisnis start up yang akan meningkatkan sektor digital ekonomi.

“Industri 4.0 dan ekonomi digital membawa perubahan baru terhadap pembelinya atau customer. Artinya seorang producer atau penjual di industri 4.0 harus bisa membaca keinginan dari customer itu sendiri. Inilah yang disebut dengan customer led pada industri 4.0 atau bisa dibilang customer is a the real kingProducer dalam industri 4.0 akan fokus untuk mencapai target serta hasil dari kepuasan pembelinya, dan ini yang kemudian menjadi tantangan bagi suatu organisasi,” jelas Menteri Bambang.

Untuk menghadapi era digital, Menteri Bambang menjelaskan tiga hal yang perlu dilakukan terkait pengelolaan suatu organisasi. Pertama, suatu organisasi harus dapat membentuk dan memperkuat jaringan kerjasama yang baik dengan sumber daya manusia nya di lingkungan kerja, sehingga mereka dapat terus bertahan dan berinovatif. Kedua, perlunya penguasaan teknologi digital serta kemampuan untuk dapat menganalisis suatu data, dalam hal ini adalah big dataKetiga, perlunya investasi dalam pembangunan sumber daya manusia (SDM) untuk membentuk SDM yang inovatif dan adaptif pada pasar tenaga kerja.

“Menghadapi customer 4.0, suatu organisasi harus memiliki SDM yang inovatif dalam setiap pelayanan yang diberikan, serta produk baru yang dikeluarkan. Kenapa, karena kompetitor lain juga akan melakukan hal yang sama, yaitu terus melakukan inovasi pada setiap produk yang dikeluarkan dan membuat terobosan baru. Inilah yang menjadi tantangan tersendiri kenapa seorang producer harus selalu memiliki SDM yang inovatif,” tutur Menteri Bambang.

Lebih lanjut, Menteri Bambang menekanan perlunya peran pemerintah terutama dalam menghadapi era digital. Pemerintah harus lebih terbuka termasuk dalam pengambilan keputusan publik. Selain itu, pemerintah juga harus lebih kontekstual terhadap kebutuhan dan perilaku masyarakat. “Indonesia adalah bagian dari komite Open Government dimana pemerintah akan menyediakan informasi dan pelayanan yang ditujukan untuk masyarakat. Oleh karena itu, pemerintah harus bisa bertanggung jawab dengan apa yang sudah mereka lakukan kepada masyarakat. Maka keterbukaan informasi dari pemerintah dalam hal ini sangat diperlukan untuk mendorong pembagunan digital,” kata Menteri Bambang.

Selain itu, perlunya inovasi dari pemerintah, seperti inovasi dalam membuat ­electronic government atau e-government, inovasi dalam menyampaikan keterbukaan informasi (open govenrment), serta inovasi pada pelayanan publik. “Karena saat ini sekarang pelayanan publik di Indonesia tidak selalu dilakukan secara tatap muka, kebanyakan sudah melalui online communication. Ini sudah tidak bisa kita hindari lagi, karena sangat cocok dan bisa diandalkan dengan pengguna atau masyarkat secara umum. Itulah tadi mengapa inovasi pada open government dibutuhkan,” jelas beliau.

Terakhir, Menteri Bambang menjelaskan ada sepuluh Prioritas Nasional dalam menghadapi industri 4.0, yaitu: (1) Perbaikan Alur Aliran Material; (2) Mendesain Ulang Zona Industri; (3) Akomodasi Standar Sustainability; (4) Peningkatan Kualitas SDM; (5) Pembentukan Ekosistem Inovasi; (6) Menerapkan Insentif Teknologi; (7) Harmonisasi Aturan dan Kebijakan; (8) Pemberdayaan UMKM; (9) Membangun Infrastruktur Digital Nasional; dan (10) Menarik Investasi Asing. “Dengan sepuluh Prioritas Nasional ini saya memiliki impian Indonesia bisa menjadi negara dengan industri 4.0 dan menjadi power house, paling tidak di tingkat  Asia Tenggara,” tegas Menteri Bambang.

Kalau kita bicara soal ide tentang customer di masa lalu (1.0) mereka hany peduli terhadap harga dan kualitas, jika sudah terpenuhi kebutuhannya mereka puas. Setelah itu ada customer 2.0, ini lebih demand led, artinya mereka hanya lebih peduli terhadap brandnya saja. Customer 3.0 lebih sophisticated, yaitu mereka lebih peduli terhadap pelayanan dan pengalaman pembeli, dan ini masih terjadi hingga saat ini. Producer mencoba untuk membangun kepuasan pembeli, loyalty dan advocay. Nah, di industry 4.0 adalah customer led, jadi customer adalah becoming the real king karena mereka fokus untuk mencapai target mereka, serta fokus terhadap relevance to customers desire outcome”

Inilah alasan mengapa digital ekonomi, ekonomi berbasis online, dan sharing ekonomi and now sircular economi menjadi tren baru2 ini, karena sekarang customer tahu apa yg mereka inginkan. Dan produser harus bisa membaca keingin customer dan berusaha sebisa mungkin untuk memenuhi apa yg customer inginkan. Inilah yg kemudian membangun tantangan untuk organisasi” jelas Menteri Bambang.


Komunitas dan sosial seperi apa yang terjadi dengan adanya industri 4.0 dan digital transformasi, dan yang terpenting untuk pemerintah dan akademisi bagaimana kita dapat mengembangkan sistem yg dapat sejalan dengan pembangunan?