Bappenas Tingkatkan Produktivitas dan Perlindungan Lansia Melalui SILANI

Deputi Bidang Kependudukan dan Ketenagakerjaan Kementerian PPN/Bappenas Pungky Sumadi membuka webinar nasional Situasi Lanjut Usia Indonesia Mengungkap SILANI untuk Menjawab Kebutuhan Lanjut Usia, Kamis (1/10). Webinar yang diselenggarakan untuk memperingati Hari Lanjut Usia Internasional ini membahas tentang perlindungan sosial bagi para lansia khususnya di Indonesia. “Pelayanan rumah sakit sebagai bagian program perlindungan sosial masih belum cukup. Program perlindungan sosial kita juga sangat terbatas dalam melayani para lansia kita,” jelas Deputi Pungky.

Indonesia memiliki lebih dari 21 juta lansia dan akan semakin meningkat. Secara teori, usia di atas 60 tahun masih memiliki produktivitas, semangat bekerja, dan berbagi yang tinggi. Namun dari sisi ekonomi belum terlihat lansia juga dapat memberikan peluang ekonomi yang tinggi. “Inilah yang menjadi pekerjaan rumah besar kita untuk menyiapkan kondisi ekonomi, sosial, dan masyarakat kita untuk bisa menyiapkan kehidupan ekonomi, sosial, dan pembangunan tentang lansia itu bisa semakin marak ke depan,” jelasnya.

Merespons hal ini, Kementerian PPN/Bappenas merancang studi untuk menyusun Sistem Informasi Lansia (SILANI) yang dilakukan di tiga kota besar, yaitu Jakarta, Yogyakarta, dan Bali, mencakup 7 desa yang memiliki 16.000 lansia. Data sosial ekonomi para lansia ini akan dipakai untuk membuat perencanaan, penganggaran, dan implementasi program lansia. Deputi Pungky juga menegaskan pentingnya memahami permasalahan dan kebutuhan yang sangat diperlukan lansia, serta peluang untuk menyiapkan Perawatan Jangka Panjang (PJP), mulai dari konsepnya, siapa yang terlibat, penyediaan tenaga yang dibutuhkan PJP. “Diharapkan tahun depan, hasil studi SILANI sudah dapat diterapkan,” tandasnya.

Kriteria lansia yang memerlukan SILANI dan PJP adalah lansia yang dinilai memiliki kelemahan atau hambatan saat melakukan activities of daily living yang berkaitan dengan diri sendiri maupun instrumental activities of daily living yang berkaitan dengan penggunaan perlengkapan sehari-hari. Indikator lainnya adalah demensia, kesehatan mental, dan disabilitas. Skor yang dikumpulkan dari setiap indikator tersebut akan dipakai sebagai panduan pemberian layanan bagi lansia, mulai dari yang tidak membutuhkan layanan hingga yang membutuhkan PJP. Karakteristik lansia yang membutuhkan PJP diperoleh dari SILANI, yaitu sebanyak 33 persen lansia muda usia 60-69 tahun. Mayoritas perempuan dengan pendidikan terakhir SD, dan pendapatan bersumber dari bantuan keluarga. Hanya 20 persen lansia yang menerima bantuan tunai atau semi tunai dari pemerintah, dan hanya setengahnya saja yang telah memiliki asuransi kesehatan.