Bappenas Percepat Pembangunan Energi Baru Terbarukan

Direktur Sumber Daya Energi, Mineral, dan Pertambangan Kementerian PPN/Bappenas Yahya Rachmana Hidayat mengatakan pembangunan Energi Baru dan Terbarukan (EBT) diharapkan dapat meningkatkan bauran energi Indonesia, sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 yang telah diintegrasikan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development Goals (TPB/SDGs). “RE-Pro 2 sebagai salah satu katalisator mencapai target TPB/SDGs, tujuan ketujuh. Pembangunan di bidang energi yang sesuai dengan target TPB/SDGs adalah membangun energi bersih. Kita akan mempercepat pembangunan EBT dalam bauran energi nasional,” ujar Direktur Yahya dalam Peluncuran Buku Renewable Energy Project Edisi Kedua (RE-Pro II), Selasa (24/11).

RE-Pro II merupakan program yang memfasilitasi proyek-proyek EBT berskala kecil yang dapat dijangkau bank, memfasilitasi pendanaan untuk mencapai pemenuhan pembiayaan, dan memberikan gambaran dampak ekonomi dan sosial masyarakat terhadap proyek EBT skala kecil. RE-Pro II memiliki 13 proyek on grid, dengan 9 proyek Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM) dan 4 Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBm). Untuk itu proyek ini membutuhkan dana USD 118 juta. Di samping berkontribusi langsung terhadap target TPB/SDGs, pembangunan EBT ini juga memiliki dampak turunan, yakni meningkatkan tingkat pendapatan masyarakat, tingkat pendidikan, akses fasilitas publik, dan menurunkan angka kemiskinan. “Dampak langsungnya adalah dapat menaikkan rasio elektrifikasi, menaikkan akses listrik rumah tangga, serta menurunnya emisi gas rumah kaca,” jelas Yahya. 

Meski bauran energi terbarukan terus meningkat, namun sampai saat ini bauran energi di Indonesia masih berada di bawah target yang diharapkan. Pada semester I 2020, tercatat bauran energi terbarukan sebesar 10,9 persen. Jumlah ini meningkat dibanding tahun sebelumnya, di mana bauran energi tercatat 9,15 persen. Meski demikian, Direktur Yahya mengatakan perlu dorongan lebih kuat agar dapat mencapai target bauran 19 persen pada 2024. “Dalam kurun waktu empat tahun masih ada 47 persen target yang perlu dicapai. Pelu effort yang jauh lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya,” imbuh beliau.

Pembangunan EBT juga memiliki beberapa tantangan, salah satunya porsi bauran pada semester I 2020 lebih rendah dari target, yakni 13,4 persen. Selain itu masih ada gap antara penyediaan dana dan pengembangan proyek EBT. Perbedaan teknologi, ukuran pembangkit, ketidakseragaman Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (PJBTL), serta mobilisasi pendanaan dari sektor swasta juga menjadi tantangan dalam meningkatkan bauran energi di Indonesia.