KSST Untuk Membangun Kapasitas Diantara Negara Berkembang

Kerja Sama Selatan-Selatan dan Triangular (KSST) merupakan hal yang semakin penting untuk dilakukan karena KSST sebagai model yang lebih tepat untuk membangun kapasitas di antara negara berkembang. Hal ini disampaikan oleh Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas, Armida Salsiah Alisjahbana, dalam kata sambutannya pada acara Pembukaan High Level Meeting “Towards Country-Led Knowledge Hubs” (Pertemuan Tingkat Tinggi Kerja Sama Selatan-Selatan),pada hari Selasa (10/7), di Bali.

Selama ini, yang masih memainkan peranan penting adalah Kerja Sama Utara-Selatan Tradisional. Namun, dengan adanya Kerja Sama Selatan-Selatan dan Triangular, (KSST), banyak kalangan praktisi pembangunan dunia yang berpandangan KSST lebih relevan bagi negara-negara berkembang untuk belajar dari rekan mereka karena mereka berbagi baik latar belakang yang sama maupun tantangan.

Indonesia sendiri sebagai negara berpendapatan menengah, telah berkomitmen untuk memainkan peranan kunci dalam Kerja Sama Selatan-Selatan dan Tringular ini. “Dalam sejumlah konferensi internasional dan acara, Presiden kami telah berbagi visi ini sebagai bagian dari tanggung jawab internasional untuk agenda pembangunan kami,” ujar Armida dalam sambutannya. Oleh sebab itu, papar Menteri Negara PPN/ Kepala Bappenas, dalam rangka pencapaian tujuan tersebut, Pemerintah Indonesia telah jelas menyatakan komitmen politiknya untuk Kerja Sama Selatan-Selatan dan Triangular dalam Rencana Pembangunan Nasional Jangka Menengah (RPJMN) untuk tahun 2010 sampai 2014. Hal ini memberikan dasar untuk pekerjaan Pemerintah Indonesia di Kerja Sama Selatan-Selatan dan Triangular, yang telah menghasilkan, antara lain, pembentukan Tim Koordinasi Nasional, penyusunan sebuah Grand Design dan Cetak Biru untuk Indonesia dalam Kerja Sama Selatan-Selatan dan Triangular.

Lebih lanjut, Armida menyatakan, bahwa Pertemuan Tingkat Tinggi ini adalah tonggak sejarah lain untuk peran baru Pemerintah Indonesia di KSST. “Pertemuan ini memberikan kesempatan bagi kita untuk mendiskusikan bagaimana kita dapat mendorong negara-negara berkembang, khususnya negara berpendapatan menengah, untuk mengembangkan hub pengetahuan, dan meningkatkan dampak maksimum tidak hanya dalam berbagi pengetahuan, tetapi juga dalam penciptaan pengetahuan.” jelas Armida dalam acara High Level Meeting yang dihadiri oleh 200 pembuat kebijakan (policy maker) dan praktisi dari 40 negara.