Di Hadapan Investor, Menteri Bambang Paparkan Komitmen Indonesia Mengatasi Infrastructure Gap 2005-2015 Sebesar 20,25 Triliun Rupiah

LONDON – Kebutuhan investasi infrastruktur di Asia terus meningkat. Berdasarkan data Asian Development Bank (ADB), besarnya jumlah investasi infrastruktur bagi 25 negara di Asia, termasuk Indonesia, mencapai USD 1,34 triliun per tahun sehingga bisa diproyeksikan kebutuhan total investasi mencapai USD 20,1 triliun untuk periode 2016-2030. Dari angka estimasi USD 1,34 triliun tersebut, Asia mampu untuk menginvestasikan USD 881 miliar sehingga terdapat selisih kebutuhan investasi infrastruktur sebesar USD 459 miliar. Sementara untuk kebutuhan investasi infrastruktur sosial hampir ekuivalen dengan infrastruktur ekonomi, ADB memperkirakan selisihnya mencapai USD 448 miliar per tahun.

 “Khusus untuk Indonesia, estimasi selisih infrastruktur atau infrastructure gap di periode 2005-2015 sebesar USD 1,5 triliun atau sekitar 20,25 triliun rupiah. Untuk itu, pemerintah terus mendorong investasi infrastruktur agar semakin tumbuh, terutama melalui skema pendanaan alternatif seperti Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) dan Pembiayaan Investasi Non Anggatan Pemetrintah (PINA),” ujar Menteri Bambang dalam pertemuan dengan ARUP, Linklaters, KPMG, HSBC, dan Asia House di London, Inggris, Selasa (2/7). Investasi infrastruktur sosial terus didorong terutama untuk memenuhi target pemenuhan kebutuhan dasar bagi masyarakat di 2024, yakni akses air bersih nasional dan sanitasi sebesar 100 persen, penurunan tingkat buang hajat besar sembarangan hingga nol persen, hingga akses perumahan nasional sebesar 52,78 persen.

 Lebih lanjut, infrastruktur pendukung transportasi di 2024 juga ditargetkan mengalami kenaikan signifikan, di antaranya total 20 bandara baru, jalur kereta baru sepanjang 1.350 kilometer (kumulatif), dan konstruksi jalan baru sepanjang 3.000 kilometer (kumulatif), serta konstruksi jalan tol baru yang juga sepanjang 3.000 kilometer (kumulatif).

 “Investasi infrastruktur tersebut tentunya diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia agar mampu menjadi ekonomi terbesar kelima dunia pada 2045. Selain itu, rencana pemindahan Ibu Kota Negara juga menjadi fokus pembangunan kami ke depan, dengan harapan pemindahan tersebut dapat tidak hanya memicu pertumbuhan ekonomi, tetapi juga mewujudkan Indonesia-sentris dan mendorong pemerataan,” tutup Menteri Bambang dalam pertemuan yang turut dihadiri para perencana, desainer, insinyur, arsitek, dan konsultan teknik tersebut.